Friday, 11 December 2015

[Article] XXI, CGV Blitz, Cinemaxx (Part 1)

Jaringan perbioskopan Indonesia sudah jelas dikuasai oleh jaringan Cinema XXI. Namun belakangan ini mulai muncul pesaingnya, CGV Blitz dan Cinemaxx. Sebagai orang yang senang nonton, saya sudah pernah mencicipi ketiga cineplex ini. Jadi mari saya reviewkan saja bagimana pengalaman nonton di sini. Berhubung hampir semua cabang XXI, CGV Blitz, dan Cinemaxx sama-sama menggunakan Dolby Atmos 7.1, maka saya tidak akan review dari segi sound system tapi dari segi-segi hal lainnya yang penting bagi pengunjung.

Untuk Part 1, saya akan mereviewkan Cinema XXI. Membicarakan XXI berarti juga membicarakan 21, maka kelihatannya ini akan menjadi postingan yang panjang sekali.

XXI

Dibangun pada tahun 1986 dengan nama "Cinema 21" dan melakukan re-branding dengan nama "Cinema XXI", Cineplex 21 Group merupakan pelopor jaringan cineplex di Indonesia. Saat ini jaringan XXI sudah ada hampir di setiap provinsi. Belum ada di Belitung sih...

Kebanyakan orang mempertanyakan bedanya 21 dan XXI. Sebenarnya gak beda amat, mereka sama saja kok. Hanya saja XXI bisa dibilang adalah versi mewah dan upgrade dari 21. Versi lebih mewahnya lagi adalah The Premiere. Yang ini belum pernah saya coba karena harganya yang mahal (100k saat weekend) sehingga tidak bisa saya reviewkan. Yang saya dengar adalah The Premiere menggunakan kursi kulit dengan sandaran kaki segala, I wish I can try that :)

Saya pernah nonton di 21 dan XXI yang berbeda-beda, dan ini perbandingannya menurut saya :

1) Beberapa 21 yang pernah saya kunjungi belum menggunakan karpet sebagai pelapis lantai dan dinding. Dan jadwal filmnya yang sedang tayang belum memakai layar, hanya menggunakan papan dengan bolongan dan huruf-huruf yang ditusuk membentuk judul film dan jadwal tayangnya. Saya susah menjelaskan bagaimana maksudnya, semoga kalian bisa membayangkan.

2) Dari segi snack, 21 menyediakan paket Serbu 15k untuk popcorn salty small dan softdrink small. Pilihan lainnya adalah popcorn yang diganti dengan roti, tapi saya lebih suka popcorn sehingga selalu membeli yang popcorn. Sebenarnya di XXI juga dijual paket Serbu ini, namun yang menyebalkan adalah harganya akan berubah mengikuti lokasi di mana XXI tersebut. Jika XXI tersebut berlokasi di mall yang agak sepi pengunjung, maka harganya bisa 15k setara dengan 21. Jika di mall ramai, maka pernah saya beli sampai 25k -_____-

3) Tentang harga tiket, tentu saja 21 lebih murah. Saya beberapa kali nonton saat weekend dengan harga tiket 35k di 21 sementara XXI rata-rata mematok harga 50k-60k saat weekend.

4) Untuk kualitas suara, XXI yang saya kunjungi semuanya sudah menggunakan Dolby Atmos 7.1. Beberapa 21 juga sudah menggunakan Dolby Atmos 7.1 namun ada beberapa yang masih menggunakan versi di bawah 7.1. Tidak terlalu mengganggu, hanya kurang menggelegar saja dibandingkan Dolby Atmos 7.1.

5) Beberapa XXI dan 21 menyediakan tempat main arcade games agar pengunjung tidak bosan menunggu. Sekali lagi, ini tergantung lokasi XXI dan 21 tersebut apakah ramai atau tidak.

Secara keseluruhan, mereka memang sama. Tapi untuk nonton hemat tentu saja 21 jadi pilihan :p

Sekarang saya akan membandingkan keseluruhan XXI dengan cineplex lainnya. Untuk masalah interior, bisa dibilang XXI di semua cabang seragam semua. Sampai motif karpetnya pun sama persis di semua tempat. Agak membosankan sih, pergi nonton di XXI manapun tetap saja ketemunya gitu-gitu aja suasananya.

Mengenai harga, ini relatif tergantung tingkat keramaian lokasi XXI tersebut. Maka pandai-pandailah survey di mana XXI dengan harga tiket lebih murah. Yang menyebalkan adalah ada XXI tertentu yang nyaris tidak pernah memutar film Indonesia atau XXI yang hampir seluruh filmnya hanya film Indonesia terus. Rasanya distribusi filmnya jadi tidak merata. Ingat pengalaman saya yang sampai jauh-jauh ke Blok M Square demi nonton Nay dan Badoet? Yeah, itu salah satu contoh tidak meratanya distribusi film XXI.

Lalu soal ruang tunggu. Di XXI, disediakan kursi empuk tanpa sendera sepanjang ruangan untuk pengunjung yang sedang menunggu pintu teater dibuka. Ini menyenangkan, hanya saja semua kursi tersebut diberi penahan sehingga tidak bisa digeser dan jaraknya kejauhan dari tembok. Sehingga sangat menyulitkan saya untuk menyender. Duduk menyender kejauhan sehingga tubuh malah duduk tak nyaman kerendahan. Kalau memaksakan tubuh agar bisa duduk menyender sejajar tembok, kaki menggantung-gantung. Tak nyaman, alhasil duduk tanpa nyender :|

Mengenai toilet, XXI menyediakan toilet di dalam dengan kebersihan yang cukup memadai dan interior yang terkesan cukup elegan. Hanya saja kubikel dalam toiletnya tidak terlalu banyak (ini saya bicara mengenai toilet cewek, entahlah kalau toilet cowok ya). Biasanya hanya 6-8 kubikel saja. Saat sedang sepi sih tidak masalah, namun kalau bubaran film maka bakal menjadi antrian panjang sehingga kadang saya lebih memilih untuk ke toilet luar XXI saja.

Satu yang saya sangat sukai dari XXI adalah tiketnya. Tiket XXI menggunakan semacam karton yang agak tebal dan tintanya juga tidak gampang pudar sehingga saya biasa mengoleksi tiket XXI dari film-film yang saya tonton. Saya mulai mengumpulkan sejak SMP sekitar tahun 2008 hingga sekarang.

Satu tiket untuk satu film yang saya tonton.

Seperti yang terlihat di foto, yang teratas adalah Badoet, film yang baru-baru ini saya tonton. Yang paling bawah adalah The Grudge 3, awal mula saya mulai mengumpulkan potongan tiket-tiket ini. Yeah, masih banyak orang yang telah mengumpulkan tiket lebih banyak daripada saya sih...

Berikutnya, saya akan review CGV Blitz dan Cinemaxx.

No comments :

Post a Comment