Sunday, 31 January 2016

[Review] Surat Dari Praha (2016)


Dari judulnya, sudah tertebak bahwa film ini banyak mengambil lokasi syuting di Praha. Laras (Julie Estelle) mendapatkan tugas dari Sulastri, ibunya (Widyawati) untuk mengantarkan sebuah kotak bersi surat-surat kepada Jaya (Tio Pakusadewo) di Praha sebelum bisa mendapatkan hak warisannya. Sesampainya di Praha, Jaya menolak untuk menerima kotak tersebut. Sedikit demi sedikit, Laras mulai mengetahui apa hubungan lelaki tua ini dengan almarhumah ibunya.

Surat Dari Praha bukan hanya sekedar drama, namun juga mengangkat tema sejarah tentang lengsernya Soekarno dan dimulainya era Orde Baru. Para era Soekarno, banyak pelajar Indonesia dikirim untuk belajar ke Eropa namun dengan lengsernya Soekarno, maka semua hal yang berhubungan dengan Soekarno dan dianggap berhaluan kiri harus dimusnahkan, termasuk para pelajar yang Indonesia yang sedang di Eropa. Pada masa itu, banyak pelajar Indonesia yang nasibnya terkatung-katung di negara lain dan kehilangan kewarganeraan Indonesia karena semua yang pro Soekarno akan dianggap komunis. Banyak dari mereka sampai saat ini masih menetap di luar tanpa bisa kembali ke tanah air.

Surat Dari Praha mengkombinasikan kecantikan Praha, musik yang bagus, kisah cinta yang romantis, dan sejarah yang terlupakan. Kombinasi keempat hal itu membuat Surat Dari Praha membius penonton untuk terus mengikuti film ini hingga akhir. Kisah ini akan diakhiri dengan surat dari Sulastri untuk Jaya yang akan menjadi jawaban atas apa yang masih menggantung.


Tio Pakusadewo sebagai Jaya menampilkan Jaya dengan baik. Ekspresi dinginnya pada Laras di awal, berubah menghangat seiring dengan sikapnya yang juga menghangat. Demikian dengan tekanan nada suaranya saat marah dan sedih. Sementara itu, saya melihat Julie Estelle dalam beberapa film terakhir seperti kurang ekspresi wajah. Melihat Julie Estelle dalam Surat Dari Praha dan Filosofi Kopi malah membuat saya jadi teringat Kirsten Stewart dengan wajah datarnya. Karakter yang menurut saya paling cocok dengan ekspresi datarnya adalah saat menjadi Hammer Girl di The Raid 2.

Film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko ini menyoroti rindunya para pelajar Indonesia kepada tanah airnya namun ditolak dilarang pulang. Tentang bagaimana sedihnya mereka menghabiskan hidup puluhan tahun di negara lain sementara keluarga dan orang tua ada di Indonesia yang jauh. Gelar Sarjana Nuklir tapi hidup dengan bekerja sebagai janitor. Jaya menceritakan tentang bagaimana ia tidak bisa menghadiri pemakaman orang tuanya, tidak berani mengirim surat kepada Sulastri selama bertahun-tahun karena pada masa itu siapa yang berhubungan dengan orang yang dianggap komunis akan dianggap komunis juga. 

Di film ini akan ada adegan kumpul-kumpul para eksil (yang terasing) yang tidak bisa pulang ke Indonesia dan menceritakan pengalaman mereka pada Laras. Dan para eksil yang tampil dalam film ini memang real, salah satunya sempat tampil di Mata Najwa. Ini adalah film tentang sekelumit sejarah kelam Indonesia.

"Saya berpikir, bagaimana jadinya jika Anda dulu memutuskan pulang ke Indonesia?"
"Jika saya dulu memutuskan pulang ke Indonesia, mungkin sekarang kamu adalah anak saya"
Surat Dari Praha


RATE:
7.7/10

No comments :

Post a Comment