Tuesday, 12 January 2016

[Review] Vakansi Yang Janggal dan penyakit Lainnya (2014)



Iya, saya mengerti judul film ini memang aneh dan banyak orang yang langsung mengernyit saat saya bilang mau pergi nonton film ini. Sebenarnya justru judul anehnya ini yang membuat saya tertarik menonton. Film yang disutradarai Yosep Anggi Noen ini dirilis tahun 2014 dan sempat mengikuti Festival Del Film Locarno di Swiss lalu melanglang buana ke festival film Busan, Rotterdam, Hong Kong, Vancouver, dan lainnya sebelum ditayangkan di Indonesia. 

Saya katakan sedari awal bahwa jangan menonton film ini jika ada penggemar film action dan film baku hantam lainnya. Anda bisa mati kebosanan karena Yosep Anggi Noen menyajikan film ini penuh dengan long take yang pasti akan menyiksa bagi yang mendambakan film dengan pergerakan dinamis.

Film dimulai dengan Ning (Christy Mahanani) yang pindah kerja dari toko pakaian ke toko mebel. Di hari pertamanya, Ning sudah berhasil menjual satu sofa dan ikut mengantarkan sofa tersebut bersama Mur (Muhammad Abe Baasyin) dari Jogja ke Temanggung. Seperti film 3 Hari Untuk Selamanya dan Little Miss Sunshine yang juga mengusung konsep road movie, konflik film Vakansi Yang Janggal ini terjadi sepanjang perjalanan Ning dan Mur menuju Temanggung. Perjalanan yang seharusnya hanya sekitaran dua jam itu molor menjadi dua malam. 

Film tidak berjalan dengan runut, banyak flashback yang muncul dalam film dan juga adegan berganti-ganti antara perjalanan Ning dan Mur dengan aktivitas Jarot (Joned Suryatmoko), suami Ning di rumah yang pengangguran dan kerjanya menonton reality show mencari jodoh. Mur yang senang bercerita, terus mengobrol panjang lebar sementara Ning menanggapi sepotong-sepotong. Sementara itu, Jarot di rumah berjualan bensin eceran dan "jajan" di PSK.


Peculiar Vacation and Other Illnesses tidak menyajikan film dengan gamblang. Penonton dibiarkan mencerna sendiri adegan yang ada dan meloncat-loncat. Bagi saya, ini adalah film tentang perselingkuhan yang malu-malu. Ya situ bayangin aja sepasang manusia berbeda jenis kelamin menginap di kamar yang sama, masing-masing kelihatan seperti menahan diri dari hasrat tersembunyi tapi canggung untuk memulai duluan. Yeah, saya nontonnya gregetan membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.

Hal yang paling saya sukai dalam film ini adalah lanskap panorama hijau berkabut disertai musik akustik yang memberikan kesan sendu dalam filmnya. Lalu adegan percakapan Mur dan Ning yang remeh temeh namun tidak membosankan, rasanya seperti mendengarkan percakapan yang biasa terdengar di telinga saat mengobrol dengan kawan. Saya yang tidak mengerti bahasa Jawa sunguh berterima kasih kepada subtitle yang disajikan.


Dan cast dalam film ini adalah wajah-wajah yang jarang terlihat di layar televisi, membuat film ini seperti bukan akting. Bisa bayangkan kalau Herjunot Ali yang berperan jadi sopir angkot atau Dian Sastro sebagai mbak-mbak penjaga toko? Gak cocok lah! Sebagus apapun aktingnya, kita tetap sadar bahwa bahwa mereka bukan sopir atau penjaga toko sungguhan. Yosep Anggi Noen kelihatannya sengaja memilih cast yang asing bagi penonton agar menimbulkan kesan "sungguh-sungguh terjadi". Christy Mahanani adalah Jawa banget, saya melihatnya seperti mbak-mbak Jawa yang ada di toko-toko, hanya saja Christy lebih cantik (ya iyalah!). Dan Muhammad Abe Baasyin adalah tipikal mas-mas Jawa yang nongkrong di warung kopi dan nyetir angkot sambil memutar lagu dangdut keras-keras. Pemilihan cast yang asing ini membuat penonton antara sadar dan tak sadar ini akting atau sungguhan.

Vakansi Yang Janggal dan Penyakit Lainnya menyajikan ketenangan dalam film yang berjalan lambat di tengah maraknya film yang berjalan cepat. Menyenangkan bagi yang senang menikmati dan mencerna pelan-pelan, namun membosankan bagi yang suka film dinamis. Ditutup dengan ending yang menggantung, membuat penonton bisa merangkai-rangkai sendiri mengenai apa yang terjadi pada hubungan Ning dan Mur di akhir film.

RATE :
7/10

No comments :

Post a Comment