Day 3, March 19, 2016
15.50 Short Fiction Action/Thriller Competition - Program A
18.20 Short Fiction Action/Thriller Competition - Program B
Baiklah, hari ketiga XXI Short Film Festival 2016 menjadi hari penuh horror, secara seharian nontonnya action/thriller terus.
Short Fiction Action/Thriller Competition - Program A dibuka dengan "Daftar Hitam" tentang seorang petarung yang dipaksa bos mafia untuk menghabisi klien yang mengkhianatinya. Menariknya, Mahaputra Oka yang membuat film ini dengan inspirasi dari The Raid menjadi sutradara juga sekaligus menjadi tokoh utama, Art Director, dan sebagian besar lainnya sehingga namanya bolak-balik muncul di credit title. Film kedua, "Tunai" bersetting tahun 1996 saat ada seorang pengusaha yang ingin mengambil uang di ATM, menemukan uang yang keluar bertuliskan permintaan minta tolong.
Dan "Sandekala" menjadi penutup sesi ini dengan menceritakan gangguan gaib yang dialami sepasang ibu dan anak saat pulang di kala senja. "Sandekala" menjadi favorit saya dengan mengekslorasi urban legend tentang jangan bepergian di kala senja dan suasana yang dibangun dengan bantuan musik gamelan berhasil membuat penonton menjerit di beberapa scene dan disambut applause meriah setelah selesai diputar.
Sesi berikutnya, Short Fiction Action/Thriller Competition - Program B dimulai dengan "Guna-Guna" yang berformat hitam putih mengikuti perjalanan seorang kuli bangunan mencari pengobatan untuk temannya yang terkena guna-guna. Dilanjutkan dengan "Sugih" menceritakan pasangan suami istri Ahmat dan Sugih yang terancam dari kontrakan akibat menunggak sewa dan menemukan cara pintas untuk membayar hutang mereka. Masih berkisah mengenai horror, "Who's There?" memperlihatkan seorang gadis yang ditinggal jaga rumah sendirian dan merasakan kehadiran sosok lain di rumah.
Ditutup dengan "Pancasonya" yang membawa penonton kembali ke era 1965 saat seorang tertuduh komunis mempelajari ilmu kebal agar bisa membalas dendam pada para pembunuh istrinya. "Pancasonya" menjadi favorit banyak penonton termasuk saya dengan menyajikan setting tahun 60an di pedesaan dan epilog yang singkat namun terasa bermakna bagi penonton.
Focus On Joko Anwar tidak berhasil saya tonton karena saya merasa tidak enak badan dan memilih pulang saja. Padahal Joko Anwar adalah salah satu sutradara yang sangat saya favoritkan. Lagipula, saat keluar dari pemutaran Short Fiction Action/Thriller Competition - Program B, sudah ada antrian sepanjang 20an meter menunggu giliran menonton Focus On Joko Anwar. Dengan darah rendah saya, mending pulang saja daripada saya bikin heboh dengan pingsan gara-gara kurang oksigen berhimpit-himpitan begitu.
Day 4, March 20, 2016
12.30 Short Animation Competition
15.30 Short Fiction Drama/Comedy Competition - Program A
16.45 International Shorts
18.45 Closing Ceremony (Invitation Only)
Short Animation Competition saya coret karena gagal saya tonton akibat bangung kesiangan. Iya, konyol sih... :|
"Langit Masih Gemuruh (The Day The Sky Roared)" membuka sesi Short Fiction Drama/Comedy Competition - Program A menceritakan seorang ibu yang menjemput anaknya naik sepeda dan menemukan jalanan sepi yang ditutup dimana-mana. Berikutnya, "Semalam Anak Kita Pulang" menyoroti hidup sepasang suami istri tua yang anaknya pergi merantau jauh dan suatu malam anaknya pulang ke rumah.
"Pangreh" menjadi penutup dengan menyajikan aksi seorang sopir Jeep mencari massa bayaran untuk demonstrasi dan bersaing dengan sopir lain. Setting di daerah berpasir Bromo dengan aksi kebut-kebutan Jeep sedikit mengingatkan pada Mad Max: The Fury Road.
Sesi International Shorts menampilkan film-film pendek dari mancanegara. Film pertama "Ave Maria" menceritakan keluarga Yahudi yang mengalami kecelakaan di jalanan terpencil dan harus meminta bantuan dari sekelompok biarawati untuk bisa pulang. Dilanjutkan dengan "Ten Meter Towers" yang menyoroti kegelisahan sekelompok orang saat ditantang untuk terjun dari menara loncat indah setinggi 10 meter. Film ini sukses memancing tawa penonton melihat tingkah lucu orang-orang yang ingin melompat namun ragu-ragu, apakah memutuskan untuk melompat atau turun lewat tangga.
"They Will All Die In Space" juga memakai format hitam putih menceritakan seorang pria yang diabangunkan dari tidur panjangnya oleh kru pesawat luar angkasa untuk memperbaiki kerusakan persawat, namun ternyata kedua kru punya maksud lain membangunkannya. "Belladona" bersetting di ruang tunggu dokter mata di mana tiga orang perempuan dipertemukan. Saya agak bingung denngan film ini, ada yang mau menjelaskan? :|
Berikutnya, animasi "The Present" memperlihatkan seorang anak yang senang bermain game suatu hari mendapatkan hadiah kejutan dari ibunya. "Stutterer" menceritakan seorang pria gagap yang bingung apakah harus menerima tawaran kopi darat dari teman online yang belum pernah ditemuinya. Animasi "The Orchestra" menjadi penutup dengan menyajikan kota antah berantah dengan tiap penduduknya memiliki mini orkestra yang memainkan musik sesuai mood pemiliknya.
Untuk Closing Ceremony, berhubung hanya untuk undangan dan saya tidak dapat undangan maka tidak bisa saya hadiri :(
Berikut pemenang XXI Short Film Festival 2016.
.
Sampai berjumpa lagi tahun depan! :D
Short Fiction Action/Thriller Competition - Program A dibuka dengan "Daftar Hitam" tentang seorang petarung yang dipaksa bos mafia untuk menghabisi klien yang mengkhianatinya. Menariknya, Mahaputra Oka yang membuat film ini dengan inspirasi dari The Raid menjadi sutradara juga sekaligus menjadi tokoh utama, Art Director, dan sebagian besar lainnya sehingga namanya bolak-balik muncul di credit title. Film kedua, "Tunai" bersetting tahun 1996 saat ada seorang pengusaha yang ingin mengambil uang di ATM, menemukan uang yang keluar bertuliskan permintaan minta tolong.
Dan "Sandekala" menjadi penutup sesi ini dengan menceritakan gangguan gaib yang dialami sepasang ibu dan anak saat pulang di kala senja. "Sandekala" menjadi favorit saya dengan mengekslorasi urban legend tentang jangan bepergian di kala senja dan suasana yang dibangun dengan bantuan musik gamelan berhasil membuat penonton menjerit di beberapa scene dan disambut applause meriah setelah selesai diputar.
Sesi berikutnya, Short Fiction Action/Thriller Competition - Program B dimulai dengan "Guna-Guna" yang berformat hitam putih mengikuti perjalanan seorang kuli bangunan mencari pengobatan untuk temannya yang terkena guna-guna. Dilanjutkan dengan "Sugih" menceritakan pasangan suami istri Ahmat dan Sugih yang terancam dari kontrakan akibat menunggak sewa dan menemukan cara pintas untuk membayar hutang mereka. Masih berkisah mengenai horror, "Who's There?" memperlihatkan seorang gadis yang ditinggal jaga rumah sendirian dan merasakan kehadiran sosok lain di rumah.
Ditutup dengan "Pancasonya" yang membawa penonton kembali ke era 1965 saat seorang tertuduh komunis mempelajari ilmu kebal agar bisa membalas dendam pada para pembunuh istrinya. "Pancasonya" menjadi favorit banyak penonton termasuk saya dengan menyajikan setting tahun 60an di pedesaan dan epilog yang singkat namun terasa bermakna bagi penonton.
Focus On Joko Anwar tidak berhasil saya tonton karena saya merasa tidak enak badan dan memilih pulang saja. Padahal Joko Anwar adalah salah satu sutradara yang sangat saya favoritkan. Lagipula, saat keluar dari pemutaran Short Fiction Action/Thriller Competition - Program B, sudah ada antrian sepanjang 20an meter menunggu giliran menonton Focus On Joko Anwar. Dengan darah rendah saya, mending pulang saja daripada saya bikin heboh dengan pingsan gara-gara kurang oksigen berhimpit-himpitan begitu.
Day 4, March 20, 2016
15.30 Short Fiction Drama/Comedy Competition - Program A
16.45 International Shorts
"Langit Masih Gemuruh (The Day The Sky Roared)" membuka sesi Short Fiction Drama/Comedy Competition - Program A menceritakan seorang ibu yang menjemput anaknya naik sepeda dan menemukan jalanan sepi yang ditutup dimana-mana. Berikutnya, "Semalam Anak Kita Pulang" menyoroti hidup sepasang suami istri tua yang anaknya pergi merantau jauh dan suatu malam anaknya pulang ke rumah.
"Pangreh" menjadi penutup dengan menyajikan aksi seorang sopir Jeep mencari massa bayaran untuk demonstrasi dan bersaing dengan sopir lain. Setting di daerah berpasir Bromo dengan aksi kebut-kebutan Jeep sedikit mengingatkan pada Mad Max: The Fury Road.
Sesi International Shorts menampilkan film-film pendek dari mancanegara. Film pertama "Ave Maria" menceritakan keluarga Yahudi yang mengalami kecelakaan di jalanan terpencil dan harus meminta bantuan dari sekelompok biarawati untuk bisa pulang. Dilanjutkan dengan "Ten Meter Towers" yang menyoroti kegelisahan sekelompok orang saat ditantang untuk terjun dari menara loncat indah setinggi 10 meter. Film ini sukses memancing tawa penonton melihat tingkah lucu orang-orang yang ingin melompat namun ragu-ragu, apakah memutuskan untuk melompat atau turun lewat tangga.
"They Will All Die In Space" juga memakai format hitam putih menceritakan seorang pria yang diabangunkan dari tidur panjangnya oleh kru pesawat luar angkasa untuk memperbaiki kerusakan persawat, namun ternyata kedua kru punya maksud lain membangunkannya. "Belladona" bersetting di ruang tunggu dokter mata di mana tiga orang perempuan dipertemukan. Saya agak bingung denngan film ini, ada yang mau menjelaskan? :|
Berikutnya, animasi "The Present" memperlihatkan seorang anak yang senang bermain game suatu hari mendapatkan hadiah kejutan dari ibunya. "Stutterer" menceritakan seorang pria gagap yang bingung apakah harus menerima tawaran kopi darat dari teman online yang belum pernah ditemuinya. Animasi "The Orchestra" menjadi penutup dengan menyajikan kota antah berantah dengan tiap penduduknya memiliki mini orkestra yang memainkan musik sesuai mood pemiliknya.
Untuk Closing Ceremony, berhubung hanya untuk undangan dan saya tidak dapat undangan maka tidak bisa saya hadiri :(
Berikut pemenang XXI Short Film Festival 2016.
.
Sampai berjumpa lagi tahun depan! :D
No comments :
Post a Comment