Dalam bahasa Jawa, "tilik" berarti menjenguk. Itulah yang dilakukan rombongan ibu-ibu dalam film ini, ramai-ramai naik truk menjenguk Bu Lurah yang sedang sakit. Sepanjang perjalanan, film menyorot Bu Tejo (Situ Fauziah) yang sibuk menggosipkan Dian, perempuan yang dicurigai sebagai pacarnya anak Bu Lurah.
WARNING!! Spoiler alert!
Karakter Bu Tejo memang menjadi highlight utama film Tilik, mulai dari ekspresi mukanya yang ngeselin sampai gaya bicaranya yang membuat alibi "Bukan bermaksud apa-apa, aku kan cuma khawatir aja kalau Bu Lurah dapat mantu gak bener". Sungguh alibi yang sering terdengar, kan? Sok-sok peduli sama si korban gosip padahal sih menjatuhkan secara terselubung apalagi ketahuan ternyata suami Bu Tejo ada rencana mau mencalonkan diri jadi lurah berikutnya. Banyak banget kalimat epic dari Bu Tejo yang dijadikan meme di medsos.
Dalam circle ibu-ibu, Bu Tejo ini tipe-tipe tukang sulut api. Dia bakal menyodorkan gosip pancingan terus ibu-ibu lain akan mulai gatal menanggapi "Oh iya tuh, waktu itu dengar-dengar sih si A....." dan kemudian jadi melebar entah ke mana-mana.
Jika ada tukang sulut api, biasanya ada yang berusaha mengademkan seperti karater Yu Ning. Sepanjang perjalanan, Yu Ning berusaha menetralisir gosipnya Bu Tejo dengan "Jangan nyebarin kabar yang belum tentu benar, jatuhnya fitnah lho nanti".
Sampai di rumah sakit, ternyata Bu Lurah masih di ICU sehingga tak bisa dijenguk dan rombongan akhirnya melaju belanja ke Pasar Beringharjo. Yu Ning yang berinisiatif mengajak jenguk jadi terdiam sedih dan malu ditambah Bu Tejo yang kompor menyindir "Jadi nyebarin kabar gak benar itu termasuk fitnah gak ya??"
Film arahan Wahyu Agung Prasetyo berkerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY ini benar-benar sukses memotret kegiatan bergosip para ibu-ibu. Kelihatan siapa tukang sulut api, tukang kompor, korban terpengaruh, dan yang berusaha menetralisir. Ditambah lagi dengan candaan yang ibu-ibu banget.
Kalau ibu-ibu sedang ngumpul, kegiatan bergosip memang menjadi hal yang kelihatannya sudah tak terpisahkan. Ya bapak-bapak juga senang bergosip sih. Cuma kayaknya bapak-bapak kalau bergosip hanya di kalangan bapak-bapak saja, pulang ke rumah ya sudah jarang diceritakan ke orang rumahnya. Sementara ibu-ibu kalau pulang, maka sambil masak juga sibuk cerita ulang apa yang barusan digosipkan. Makanya gosip atau promosi barang lebih efektif jika disebarkan lewat ibu-ibu.
Apalagi sumber gosip ibu-ibu ini juga bikin tepok jidat, dari Facebook doang! Memang sih di kenyataan banyak ibu-ibu yang membawa postingan medsos untuk jadi bahan ghibahan. Tapi namanya juga hanya dari medsos, masa percaya aja?? Sampai bilang "Namanya internet kan bikinan orang pintar, masa bisa salah?".
Oke, sungguh penting bagi kita mengedukasi generasi lebih tua untuk tidak langsung percaya dengan hoax yang beredar di medsos atau hasil forward di grup chat.
Ending film ini memang ngeselin, Yu Ning yang berani maju dengan heroik menengahi agar Bu Tejo berhenti menggosipkan orang ternyata harus menanggung malu karena tidak mengecek dulu apakah Bu Lurah sudah bisa dijenguk atau belum. Dian yang sepanjang film digosipkan juga belakangan terungkap ternyata memang perempuan simpanan.
Mungkin film Tilik memang ingin memperlihatkan kenyataan yang pahit di masyarakat kalau seberusaha apapun bersikap netral saat ada gosip ternyata masih kalah sama ibu-ibu yang haus gosip.
Komentar khusus untuk karakter ibu-ibu yang mabok perjalanan dan muntah-muntah. Sebagai orang yang tidak kuat naik kendaraan jarak jauh, saya jadi curiga ibu ini mabok perjalanan beneran saking lemesnya natural sekali. Kalau mabok perjalanan lagi kumat, emang rasanya udah kayak gak ada harapan hidup sampai tujuan :)))
No comments :
Post a Comment