Tuesday, 6 October 2020

[Review] Alive (2020)


(butwhythopodcast.com)

Joon-woo (Yoo Ah-in), seorang YouTuber gaming di Korea Selatan terperangkap dalam apartemennya saat virus zombie merebak. Saat persediaan makanan dan minuman semakin menyusut, sinyal telekomunikasi juga menghilang. Apa ada harapan untuk bisa selamat?

Saya selalu suka film tema zombie apocalypse, saat sekelompok orang yang terperangkap harus berusaha survive dengan peralatan seadanya. Sayangnya, kebanyakan film tema zombie berlatar di USA di mana senjata api mudah didapatkan sehingga para tokoh terlihat mudah dar-der-dor menembak zombie asal hemat peluru saja. Di negara Asia yang sulit mendapatkan senjata api, rasanya saya susah membayangkan bagaimana mesti survive dengan peralatan seadanya.

Nah, film Alive yang berlatar di Korea Selatan bisa menjadi skenario bagaimana jika terjadi zombie outbreak di negara Asia. Penyebab virus ini terjadi tidak disebutkan, hanya tiba-tiba dari balkon terlihat kekacauan di jalanan bawah dengan beberapa zombie menyerang. Siaran berita di TV juga tidak memberikan penjelasan dari mana awal mula virus ini menyerang. Kira-kira mungkin ini juga yang akan terjadi jika di Indonesia ada zombie outbreak, di suatu hari yang cerah tiba-tiba terlihat ada keributan lalu TV dan media sosial heboh oleh serangan zombie. Orang yang belum terinfeksi akhirnya terkurung di tempat tinggal masing-masing dan harus survive dengan peralatan seadanya.

Pernah baca webtoon Dead Days? Ada rasa kemiripan antara film Alive dengan webtoon Dead Days. Mulai dari sepasang anak muda yang gedung apartemennya berseberangan dan saling komunikasi hingga kirim kiriman makanan kemudian berencana untuk join mencari bantuan.

Premis film Alive sebenarnya menarik, seperti yang saya bilang bagaimana jika zombie outbreak terjadi di negara Asia yang sulit menemukan senjata api dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, dua karakter utama, yaitu Joon-woo dan Yoo-bin (Park Shin-hye) kurang tergali. Kurang dibahas seperti apa kehidupan mereka sehari-hari sebelum zombie outbreak. Yoo-bin yang tinggal di gedung seberang digambarkan sebagai tipikal cewe pendaki gunung yang memang mengerti basic skill untuk survive dalam situasi darurat. Ada percakapan via HT saat Yoo-bin menyebutkan bahwa ia takut ketinggian tapi beberapa adegan kemudian dia pede sekali loncat balkon dari lantai tinggi dengan tali dan carabiner. Itu jelas skill dimiliki oleh orang yang sudah terbiasa dengan ketinggian.

Bapak-bapak di lantai delapan mungkin dimaksudkan menjadi simbol kemirisan di saat manusia harus survive dengan berbagai cara termasuk mengorbankan manusia lain untuk orang yang disayangi. Namun, penokohan si bapak ini kurang membuat penonton bersimpati, dia cuma seperti angin lalu saja yang tidak masalah kalapun tidak muncul di film.

Meskipun begitu, film Alive bisa menjadi alternatif tontonan yang lumayan jika mengingat sedikit sekali ada film zombie setting Asia selain Train to Busan. Menonton film ini bisa membantu saya membayangkan apa yang akan saya lakukan jika ada zombie outbreak di Indonesia.

No comments :

Post a Comment