Saturday, 4 June 2022

[Review] Ngeri Ngeri Sedap (2022)


(kompas.com)

Pasangan suami istri tua, Pak Domu (Arswendy Beningswara) dan Mak Domu (Tika Panggabean) hanya tinggal bersama anak perempuan keduanya, Sarma (Gita Bhebhita) yang menjadi PNS sementara ketiga anak lelakinya pergi merantau dan bersitegang dengan si bapak dengan masalah berbeda-beda. Si sulung Domu (Boris Bokir) ingin menikah dengan perempuan Sunda, anak ketiga Gabe (Lolox) lulusan hukum tapi lebih suka jadi pelawak di TV, sementara si bungsu Sahat (Indra Jegel) memilih menetap di Jogja setelah lulus kuliah. Pak Domu dan Mak Domu berpura-pura bertengkar dan akan bercerai agar bisa memancing anak-anaknya untuk pulang kampung.

Film Ngeri Ngeri Sedap mengangkat tema keluarga Batak dalam balutan drama keluarga dan komedi. Sepanjang saya nonton, teater sebagian besar isinya keluarga Batak sampai ada beberapa opung opung berkursi roda segala yang datang nonton. Ya karena temanya Batak kan, jadi orang Batak pasti minatnya tinggi terhadap film ini.

Drama keluarga yang muncul di sini bisa terjadi di keluarga dari suku lain juga, cuma keluarga Batak dipilih karena sutradaranya Bene Dion Rajagukguk adalah keturunan Batak yang pasti lebih paham adat Batak. Tema Batak bukan hanya sekedar tempelan namun juga ada penjelasan singkat yang bisa dimengerti oleh penonton non Batak. Mulai dari Pak Domu yang marah marah perkara Sahat si bungsu yang tidak pulang pulang padahal seharusnya ia sebagai anak lelaki terakhir secara adat berkewajiban untuk tinggal merawat orang tua, hingga motif kain ulos yang salah dibawakan Domu kepada ayahnya. Begitu juga waktu upacara adat menyuapi cucu (lupa apa namanya dalam bahasa Batak, cuma baca subtitle saja tadi), ditampilkan dengan sangat bagus dan memanjakan mata. Keluarga Domu, para tamu amang inang dengan ulos, musik, tarian, sampai inang inang yang memasukkan makanan ke dalam tas menjadi tampilan pesta Batak yang memuaskan mata.

Meskipun temanya komedi, namun nuansa drama juga kental ambil bagian dalam Ngeri Ngeri Sedap. Ekspresi Mak Domu yang tak sabar menunggu anak anaknya pulang sambil nangkring memeluk tiang rumah namun berusaha pasang muka dingin karena sedang pura pura ribut dengan suami, Pak dan Mak Domu yang pura-pura ribut di mobil padahal diam-diam sumringah karena bisa jalan-jalan sekeluarga, hingga dialog Sarma yang ditampilkan secara longshot di akhir film saat ia mengungkapkan isi hatinya sebagai anak perempuan satu satunya dalam keluarga. Duh, ini adegan asli bikin ibu-ibu yang duduk sebelah jadi menangis terisak-isak sementara mata saya sendiri ikutan berkaca-kaca.

Pemandangan Danau Toba yang cantik juga ditampilkan saat Keluarga Domu pergi piknik sambil anak-anaknya berusaha mengorek mengapa orang tuanya ingin bercerai. Dialog Abang Domu dan Dek Sarma saat malam hari sambil diiringi latar belakang suara gemericik Danau Toba juga menjadi salah satu adegan yang membekas, "Kamu jangan lupa pikirin diri sendiri juga".

Gara gara film ini juga saya jadi sadar Tika Panggabean sudah 51 tahun, memang sudah umurnya pas untuk memerankan karakter inang inang beranak empat. Sampai sekarang saya masih ingatnya waktu Tika masih nyanyi bareng Project Pop dan main sitkom Office Boy dulu.


No comments :

Post a Comment